Kamis, 15 Desember 2016

E-Book Agama Hindu

Bali Dwipa Catatan Perjalanan Spiritual Di Tanah Sakral

  Ada tujuh belas pembahasan yang diuraikan secara detail juga sesuai dengan judul buku tersebut tidak sedikit menyinggung perjalanan spiritual penulis. Disini saya akan menyebutkan apasaja yang di bahas disalam buku tersebut yaitu:
1.      Kelahiran Kembali Yang Buruk
2.      Pintu Gerbang Memasuki Jalan Dharma
3.      Mengenal Tuhan
4.      Para Ista Dewata
5.      Orang Suci Di Pasar
6.       Energi Kedamaian Dan Belas Kasih Mendalam Di Pulau Bali
7.       Dimensi Kosmik Tempat Suci Tantra
8.       Vegetarian
9.       Sadhana Abhaya Yadnya
10.    Menghadapi Serangan Black Magic Dengan Jalan Belas Kasih
11.  Kerauhan
12.  Orang Melik
13.  Bunuh Diri
14.  Menggugurkan Kandungan
15.  Sistem Sadhana Seringkas-ringkasnya Tapi Lengkap Dan Sangat Terang Bercahaya
16.  Marga Sunia / Jalan Hening
17.  Kelahiran Kembali Yang Baik


Catur Yoga Empat Intisari Utama Sadhana Dharma


  Apapun jalan religius atau jalan spiritual yang kita tempuh, Catur Yoga adalah empat sadhana yang menjadi intisari dari semua sadhana. Karena Catur Yoga yang akan menjadi penjaga, pelindung dan pembimbing paling menentukan bagi perjalanan spiritual kita menuju kesadaran sempurna dan kemahasucian.
Sekalipun anda hanya orang biasa atau orang awam, atau bahkan tidak beragama Hindu sekalipun, bila anda secara sungguh-sungguh melaksanakan Catur Yoga dalam kehidupan sehari-hari, anda juga seorang sadhaka yang sedang menempuh jalan suci menuju kesadaran sempurna dan kemahasucian. Seiring waktu dampaknya pasti akan mulai bermunculan. Setelah Catur Yoga mulai membadan dalam keseharian, dampak pertama yang dihasilkan adalah hidup kita akan menjadi lebih tenang, damai dan bahagia dibandingkan kalau kita tidak melaksanakannya. Yang pertama-tama merasakan kedamaian adalah diri kita sendiri, kemudian keluarga dan orang-orang dekat.


1 Menyatu Dengan Tarian Kosmik Alam Semesta Rangkuman Sebuah Perjalanan Spiritual



  Buku ini merupakan ringkasan dari puncak perjalanan spiritual penulis selama jangka waktu 14 tahun [2002 – 2016] menapaki jalan spiritual dharma. Suatu praktek spiritual jangka panjang, berlandaskan kepada ajaran Tantra dan Upanishad, yang dipadukan dengan penggalian kesadaran ke dalam diri. Suatu pengalaman langsung yang dituangkan ke dalam buku sederhana ini sebagai ajaran dharma.
      Untuk lebih jelasnya silahkan klik di sini

1  Moksha Puncak Kesadaran Diri dan Penyatuan Kosmik



  Tujuan hidup tertinggi dalam ajaran Hindu Dharma adalah menyadari kenyataan diri yang sejati [Atma], sehingga Atma dapat terbebas dari siklus
samsara dan mencapai Moksha. Sayangnya bagi kebanyakan manusia, jarak
pandang penglihatannya teramat sangat terbatas, sehingga yang terlihat hanyalah kenikmatan indriya, kehormatan, harga diri, keuntungan, harta kekayaan, wujud dan bentuk. Hal inilah yang telah mengundang banyak manusia enggan melaksanakan dharma dan malah menciptakan berbagai karma buruk tanpa menyadari akibatnya kelak yang membawa kesengsaraan.
Dalam hidup ini kita sering melihat kenyataan yang sulit dipahami. Orang-orang baik     yang menderita dan orang-orang jahat yang tidak kekurangan suatu apapun. Selain itu banyak orang yang menderita sejak dilahirkan, baik karena kekurangan secara fisik maupun kekurangan mental. Mengapa mereka sengsara dan mengapa hal itu terjadi ? Hukum Karma menjelaskan bahwa diri kita sendirilah yang menentukan garis nasib kita. Jika dalam kehidupan sebelumnya kita banyak membuat karma buruk, maka hidup kita disaat ini akan berat dan sengsara. Jika dalam kehidupan sebelumnya kita banyak membuat karma baik, maka hidup kita disaat ini akan banyak kemudahan dan bahagia.
Lahir dan hidup sebagai manusia itu penuh dengan dinamika. Setiap hari kejadian yang datang itu macam-macam, naik-turun dengan berbagai dualitas kebahagiaan-kesengsaraan di dalamnya. Coba kita renungkan kejadian yang umum dalam sehari-hari ini, misalnya pagi-pagi kita mesra dengan istri, siangnya istri ngomel-ngomel menyakitkan, malamnya kita kena sakit flu. Pagi-pagi pekerjaan kita dipuji-puji oleh atasan, siangnya klien complain, sorenya ketika pulang kerja ban kendaraan kita pecah. Banyak sekali contoh kejadian lainnya dalam kehidupan. Hidup selalu berada dalam dinamika naik-turun dengan berbagai dualitas kebahagiaan-kesengsaraan di dalamnya. Umumnya hanya persoalan waktu kita sebagai manusia terjerumus ke dalam lubang perangkap kehidupan. Kita yang sudah menikah kemudian cari istri lagi, itu masuk perangkap. Kita tidak puas dengan gaji kemudian kita korupsi, itu masuk perangkap. Kita tidak puas dengan suami atau istri kemudian selingkuh atau minta cerai, itu masuk perangkap. Kita tidak puas dengan atasan lalu kerja malas-malasan, itu masuk perangkap. Tentu masih banyak sekali contoh lainnya dalam kehidupan. Kita hanya akan menyakiti dan melukai diri kita sendiri maupun orang lain. Ujung-ujungnya kelak diri kita sendiri akan sulit keluar dari jurang kegelapan dan kesengsaraan.
Dengan kata lain, sangat-sangat mendesak bagi kita sebagai manusia untuk segera ”sadar”, karena kita dikelilingi oleh berbagai lubang perangkap kehidupan. Jika kita salah melangkah, cepat atau lambat kita akan terbawa masuk ke dalam jurang kesengsaraan.
Dalam perjalanan kehidupan ini manusia itu “svatantra katah”, yaitu mahluk yang sepenuhnya bebas, memiliki kehendak bebas dan sekaligus bertanggung jawab atas semua pilihan perbuatannya sendiri. Diri kita sendiri-lah yang sepenuhnya merancang dan menentukan jalan kehidupan kita sendiri. Kita memiliki peluang yang sangat besar untuk memperoleh kebahagiaan dan ketenangan hidup. Tergantung pilihan kita sendiri, bagaimana pilihan kita untuk bersikap dan bertindak dalam hidup ini adalah yang pada akhirnya akan menentukan kita memperoleh kebahagiaan, kedamaian dan ketenangan hidup atau sebaliknya bertemu dengan kesengsaraan.
Agar kita tidak salah di dalam mengarahkan hidup ini kita memerlukan petunjuk jalan yang terang melalui ajaran Hindu Dharma. Karena hanya dengan begitu kelak seluruh kesengsaraan bisa dilenyapkan. Demikianlah tujuan penulisan buku ini, adalah agar penganut Hindu memiliki sebuah buku panduan akan tujuan tertinggi dari hidup ini. Sebuah buku yang berusaha dibuat seringkas ringkasnya, tapi sekaligus juga mendalam. Dengan bahasa yang mudah dipahami dan bisa langsung dipraktekkan.
Apa yang ditulis dalam buku ini bersumber dari rangkaian panjang proses belajar dan membina diri, baik melalui belajar dari Satguru, praktek meditasi, perjalanan tirtayatra, membaca puluhan buku-buku suci, serta diskusi-diskusi dengan banyak Satguru. Semua itu kemudian dirangkum ke dalam buku ini. (Sumber: https://www.scribd.com/document/334349127/Moksha-Puncak-Kesadaran-Diri-Dan-Penyatuan-Kosmik)


1   Panduan Ringkas Mantra Yoga


Alur perjalanan kehidupan merupakan sebuah perjalanan evolusi kesadaran bagi setiap mahluk. Dalam kehidupan ini kita diharapkan untuk mempelajari dan memiliki pemahaman mengenai hukum-hukum alam semesta terkait kehidupan [hukum karma dan siklus samsara]. Jika kita memiliki pemahaman dan mampu selaras terhadap hukum-hukum tersebut kita akan dilahirkan kembali dalam satu keberadaan yang lebih tinggi dan bahagia. Sebaliknya jika kita melakukan pelanggaran terhadap hukum-hukum tersebut, kita akan dilahirkan kembali dalam satu keberadaan yang menyedihkan. Kehidupan sebagai manusia terletak di tengah-tengah dan cukup riskan, karena di satu sisi pintu menuju kelahiran kembali yang menyedihkan terbuka sangat lebar. Sekali terjerumus ke alam-alam bawah atau alam binatang maka membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat mencapai wujud manusia lagi.
Itulah sebabnya orang-orang suci dari berbagai jaman, telah dan akan selalu memperingatkan kita melalui ajaran dharma untuk tidak terjerumus dan dapat keluar dari jalur keberadaan yang sangat sulit untuk dipikul. Hukum karma merupakan hukum alam semesta terkait kehidupan yang merupakan kebenaran universal yang berlaku sama untuk semua mahluk hidup. Kondisi ini tidak dapat dipungkiri, tidak dapat dielakkan dan berlaku abadi sepanjang masa. Entah setiap mahluk mengetahuinya atau tidak, mempercayainya atau tidak, dia tetap akan terikat oleh hukum-hukum alam semesta yang pasti ini.
Dan sangat berbeda dengan apa yang ingin dipercaya umum, orang-orang suci dari berbagai jaman menyebutkan, “mereka yang melakukan pelanggaran dharma karena tidak mengetahui tentang ajaran dharma dan dinamika hukum karma, maka karma buruknya lebih berat, dibandingkan mereka yang melakukan pelanggaran dharma tapi mengetahuinya”. Laksana memegang besi panas berapi-api, yang memegangnya dengan sengaja dan yang memegangnya dengan tidak sengaja karena tidak tahu, manakah yang lebih terbakar ? Itulah sebabnya orang-orang suci dari berbagai jaman, telah dan akan selalu memperingatkan kita melalui ajaran dharma untuk tidak terjerumus dan dapat keluar dari jalur keberadaan yang sangat sulit untuk dipikul. Perjalanan kehidupan ini umumnya bergerak dalam siklus naik-turun, kadang bahagia dan kadang ada masalah. Bahkan terkadang perjalanan kehidupan ini penuh dengan riak-riak masalah. Setiap masalah yang datang dalam kehidupan adalah bagian dari fenomena hukum karma, yang harus kita terima dan hadapi dengan lapang dada, serta kita selesaikan dengan upaya sebaik-baiknya.
Mantra Yoga beserta sadhana-sadhana pendukungnya bisa ditempuh sebagai jalan paling sederhana untuk mencapai kesadaran diri [atma-jnana] dan pembebasan dari roda samsara. Terutama bagi masyarakat awam, atau orang yang pengetahuan dharma-nya terbatas, atau orang yang kurang cocok menggunakan tehnik yang rumit-rumit. Karena Mantra Yoga cukup sederhana. Tidak diperlukan pengetahuan dharma yang luas atau tehnik yang rumit. Asalkan punya kesungguhan hati, tekun dan disiplin, pasti akan memperoleh keberhasilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puasa Enam Hari Syawal Bolehkah berpuasa Syawal sebelum mengqhada’ puasa Ramadhan? Diriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshari, Nabi Saw. ber...